News Update :

Berita Media

Kiprah PKS

Taujih

Kabar PKS DPRa Benda Baru

Kiprah Bidang Perempuan Benda Baru

Kiprah Bidang Kaderisasi

Digawangi

Kiprah Bidang Kepanduan dan Olah Raga

Di Komandani oleh Didin

Bayanat dan Taklimat

Dunia Nasyid

Dunia Islam

BERITA TERBARU

wa idza aradnaa an nuhlika qaryatan amarna mutrafihaa…

Kamis, 23 Februari 2012

Kita berkumpul disini untuk meyakinkan diri kita bahwa insya Allah kita akan menang.

Karena disini kita bersyura, mengumpulkan hati kita & menyusun perencanaan.

Ini yang disebut dalam al Qur'an: Fa idzaa azamta fa tawakkal alallah! Kita sedang bertekad, ada 600 hati yang ada di sini.

Tekad itu energi bagi fikiran untuk menjadi tindakan

Azam & Tawakkal bersanding, karena keduanya adalah tekad, 1 dari bumi dan 1 dari langit

Kenapa Allah menggunakan kata Azam? Karena semua realitas pada awalnya berawal di alam fikiran

Jika kemenangan itu sudah ada dalam hati dan fikiran, maka ia akan mewujud dalam kenyataan

Diayat lain Allah menyandingkan azam & sakinah. Sakinah itu kemantapan hati

Jadi yang pertama ada sebelum kemenangan itu adalah kemantapan hati

Jika ada kemantapan dalam hati kita ikhwah sekalian, maka kemenangan itu sudah dekat

Jadi jika kita ingin mengetahui apakah kita akan menang 2014 nanti, antum bisa tahu sekarang!

Maka peganglah dada antum, dan rasakan adakah kemantapan hati akan kemenangan itu atau tidak!

Sebelum badar, kaum muslimin ditidurkan oleh Allah, dan esoknya mereka dipenuhi kemantapan hati!

Jika Allah mentakdirkan sesuatu, maka Allah menciptakan sebab-sebabnya

Perhatikan sekitar antum, apakah terasa sebab-sebab kemenangan untuk antum?

Karena antum diciptakan untuk menjadi saksi-saksi (litakuunu syuhada) bagi manusia!

Kita yakin dengan cita-cita besar itu, karena kita akan menjadi saksi-saksi atas manusia.

Kalau hanya sekedar tujuan electoral, itu persoalan mudah, sebab ilmunya saintifik, semua orang bisa pakai!

Tetapi jika kita melaksanakan takdir kita sebagai syahadah alannas, maka kerja-kerja kita bukan soal angka-angka

Karena itu kerja-kera kita haruslah menjadi sesuatu yang dapat di RASA, bukan sekedar dihitung-hitung.

Hasil-hasil dakwah kita adalah sesuatu yang dapat dirasa, ketakutan menjadi rasa aman, kemarahan menjadi ketenangan

Saat ini kita ibarat mendaki gunung, ke atas masih tampak jauh, tapi ke bawah lebih jauh lagi.

Saat ini bagi kita tak ada pilihan lain, kita harus maju mencapai puncak!

Banyak orang bertanya-tanya, akan seperti apa masa depan PKS dengan beban ideologi yang diembannya

Tapi sederhana menjawabnya. Cukup mengajukan pertanyaan: pernahkah Islam itu memimpin dunia?

PERNAH!!! Dan oleh karena itu kita meyakini bahwa capaian itu pasti bisa diulangi!

Keraguan soal itu hanya menimpa mereka yang menggunakan logika electoral semata. Bahwa judul Islam itu tidak menjual dalam politik

Sebab mereka mengalami kegalauan narasi. Bagi kita narasi itu jelas, bahwa islam pernah menyatukan agama, pasar & politik

Karena narasi itu pernah terwujud dalam realitas, maka sesungguhnya semua itu dapat diwujudkan kembali!

Karena itu Allah mengingatkan, janganlah lemah dan janganlah sedih wa antumul a’lawna inkuntum mukminin!

Dan kemantapan hati itu dapat dilihat dari sorotan mata antum yang tajam!

Mata yang tajam itu akan menembus mata yang menatapnya dan turun ke hatinya.

Sekarang antum rasakan, apakah yang dirasakan orang lain ketika bertemu antum… Apakah gembira atau malah sedih?

Islam ini datang memberikan berita gembira, memberikan harapan!

Dan tugas kita adalah menghilangkan kesedihan, rasa takut & kemarahan, itulah sakinah!

Jika antum memiliki sakinah, maka tugas kita adalah menghadirkan sakinah bagi masyarakat kita

Maka salah satu indikator kemenangan adalah ketika orang merasa ada sakinah/ harapan ketika dekat dengan kita

Yang orang ingin tahu adalah apa yang akan mereka rasakan ketika dekat dengan antum, atau jika PKS menang!

Kekuatan utama untuk mendapatkan follower adalah narrative intelligence, kemampuan menjelaskan

Oleh karena itu antum mesti memiliki kemampuan menerjemahkan narasi ini dalam banyak perspektif

Misalnya agenda mainstreaming keluarga, perlu menggunakan kemampuan menerjemahkan yang baik agar orang yakin!

Jadi ini masalah bagaimana cara kita meyakinkan orang!

Jadi tidak ada yang salah dengan apa yang kita yakini, tetapi cara kita meyakinkan orang yang kurang tepat!

Milikilah perasaan, bahwa apa yang kita lakukan sejauh ini adalah proses shifty of civilization, peralihan peradaban

Bukan hanya kerja-kerja untuk meraih kursi, itu sesuatu yg sangat kecil. Tapi rasakanlah kerja-kerja itu sebagai merakit kerja besar

Saat ini ada 2 peradaban yang sedang berganti, yang 1 akan mati dan 1 lagi akan bangkit

Baik peradaban yang akan mati maupun yang akan bangkit keduanya diawali oleh kekacauan

Seperti bayi yang baru lahir menimbulkan tangisan, tangisan itulah kekacauan peradaban yang sedang ingin lahir

Kekacauan yang terjadi di timur tengah sebelum jatuhnya para diktator adalah kekacauan yang mengawali lahirnya sebuah peradaban

Peradaban barat juga sedang mengalami kekacauan, kekacauan menjelang kejatuhan peradaban mereka

Krisis Ekonomi barat, hanyalah efek kecil dari sebuah kerusakan yang lebih besar dan dalam, yaitu “penyakit degeneratif”

Penyakit Degeneratif, adalah hasil dari sebuah sistem yang salah sejak awalnya, yaitu membunuh kehidupan

Mereka membatasi kehidupan & kelahiran, karena mereka meyakini bahwa sumberdaya yang tersedia lebih sedikit dari jumlah manusia

Inilah tuduhan mereka yang paling keji terhadap Allah! Seolah-olah Allah tidak teliti menciptakan sumberdaya & manusia tidak seimbang.

Padahal Allah yang membagikan rezki kepada setiap ciptaan-Nya, dan Dia pula yang memegang kunci-kunci-Nya

Dulu di masa Nabi, Arab itu sudah memiliki kandungan minyak yang melimpah, tetapi tidak digunakan, karena Allah belum berikan ilmu-Nya

Baru sekitar 100 tahun yang lalu manusia diberi sedikit ilmu tentang minyak, & itu sudah menjadi solusi bagi banyak kebutuhan semua manusia

Kemudian Allah memberikan sedikit ilmu tentang komunikasi, betapa banyak orang yang kaya karenanya & menjadi solusi persoalan-persoalan manusia

Ilmu yang diberikan Allah itu masih sedikit, dan mereka sudah menuduh Allah tidak mampu menyediakan rezki yang cukup bagi ciptaan-Nya!

Padahal mereka bahkan belum sampai pada ilmu yang ada di zaman Nabi Sulaiman, dimana kargo dapat dipindahkan realtime seperti SMS

Maha Suci Allah dari tuduhan keji mereka itu!

Padahal Allah memiliki cara sendiri untuk membagi-bagikan rezkinya kepada seluruh kehidupan yang diciptakan-Nya

Kesalahan mendasar barat inilah yang membuat peradaban mereka kini di ambang kehancuran

Dimana tidak ada lagi suara tangis kehidupan baru di tengah mereka, dan yang ada hanya calon-calon mayit.

Shifting of civilization (peralihan peradaban) dari peradaban barat ke timur (Islam)

bahwa kejayaan itu tidak permanent, sebagaimana masa kejatuhan yang tidak ABADI.

Inilah yang dimaksud dengan tadaawul -bukan tadawaanul- hadharaat) atau peralihan peradaban.

Kebangkrutan ekonomi yang kini dialami eropa hingga menimbulkan chaos di banyak Negara.

Sama sekali tidak terkait degan terorisme yang mereka identikkan dengan Islam.

Tapi itu sebagai bukti bahwa sistim ekonomi mereka yang rapuh dan sarat kezaliman…

makin memperkaya kehidupan orang kaya, melahirkan masyarakat yang hidup dalam kemewahan

dimana segelintir dari mereka menguasai 80 hingga 90% uang yang beredar di tengah masyarakat tersebut.

Ketika kemewahan hidup terjadi di tengah masyarakat, maka pada saat yang Sama kezaliman dan aniaya dirasakan sebagian lainnya

sedang kezaliman itu adalah kegelapan yang harus disingkirkan. Maka Rasul berkata, “Azh zhulmu, zhulumaat”.

Maka salah 1 tanda keruntuhan sebuah bangsa & peradabanya sekaligus adalah, ketika kemewahan menjadi budaya yang dpertontonkan masyarakat hedonis.

Inilah yang Allah firmankan, “wa idza aradnaa an nuhlika qaryatan amarna mutrafihaa…”

Taujih Al Ustadz Anis Matta, Lc pada Rakornas PKS Wilayah Indonesia Timur di Makasar 17 Februari 2012.

FIQIH CANDA DAN HUMOR

Jumat, 17 Februari 2012

Hidup terasa hambar dan datar tanpa humor dan canda bagaikan masakan tanpa garam. Namun hanya dalam kadar kuantitas, kualitas dan penyajian tertentu akan menjadi penyedap kehidupan. Memang bercanda kadang diperlukan untuk memecahkan kebekuan suasana sebagaimana yang dikatakan Said bin Al-’Ash kepada anaknya. “Kurang bercanda dapat membuat orang yang ramah berpaling darimu. Sahabat-sahabat pun akan menjauhimu.” Namun canda juga bisa berdampak negatif, yaitu apabila canda dilakukan melampaui batas dan keluar dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Canda yang berlebihan juga dapat mematikan hati, mengurangi wibawa, dan dapat menimbulkan rasa dengki.

Allah Swt. berfirman, Artinya: “Dan sesungguhnya Dia-lah yang membuat orang tertawa dan menangis” (QS An-Najm: 43).

Menurut Ibnu ‘Abbas, berdasarkan ayat ini, canda dengan sesuatu yang baik adalah mubah (boleh). Rasulullah Saw. pun sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah Saw. tidak pernah berkata kecuali yang benar. Imam Ibnu Hajar al-Asqalany menjelaskan ayat di atas bahwa Allah Swt. telah menciptakan dalam diri manusia tertawa dan menangis. Karena itu silakanlah Anda tertawa dan menangis, namun tawa dan tangis kita harus sesuai dengan aturan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.

Berikut ini adalah kaidah fiqih terkait canda dan humor sebagai panduan agar canda dan humor bernilai dan berdampak positif dan tidak justru berdampak dan bernilai negatif seperti menimbulkan luka hati atau ketersinggungan orang lain.

1. Tidak menjadikan simbol-simbol Islam (tauhid, risalah, wahyu dan dien) sebagai bahan gurauan. Firman Allah: “Dan jika kamu tanyakan mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. at-Taubah:65)

2. Jangan menjadikan kebohongan dan mengada-ada sebagai alat untuk menjadikan orang lain tertawa, seperti April Mop di masa sekarang ini. Sabda Rasulullah saw: “Celakalah bagi orang yang berkata dengan berdusta untuk menjadikan orang lain tertawa. Celaka dia, celaka dia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim)

3. Jangan mengandung penghinaan, meremehkan dan merendahkan orang lain, kecuali yang bersangkutan mengizinkannya. Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan); dan jangan pula wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain., karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan); dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan pula kamu panggil-memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk gelar ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman..” (QS. al-Hujurat:11) “Cukuplah keburukan bagi seseorang yang menghina saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)

4. Tidak boleh menimbulkan kesedihan dan ketakutan terhadap orang muslim. Sabda Nabi saw: “Tidak halal bagi seseorang menakut-nakuti sesama muslim lainnya.” (HR. ath-thabrani) “Janganlah salah seorang di antara kamu mengambil barang saudaranya, baik dengan maksud bermain-main maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Tirmidzi)

5. Jangan bergurau untuk urusan yang serius dan jangan tertawa dalam urusan yang seharusnya menangis.
Tiap-tiap sesuatu ada tempatnya, tiap-tiap kondisi ada (cara dan macam) perkataannya sendiri. Allah mencela orang-orang musyrik yang tertawa ketika mendengarkan al-Qur’an padahal seharusnya mereka menangis, lalu firman-Nya: “Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis. Sedang kamu melengahkannya.” (QS. an-Najm:59-61).

Hendaklah gurauan itu dalam batas-batas yang diterima akal, sederhana dan seimbang, dapat diterima oleh fitrah yang sehat, diridhai akal yang lurus dan cocok dengan tata kehidupan masyarakat yang positif dan kreatif.
Islam tidak menyukai sifat berlebihan dan keterlaluan dalam segala hal, meskipun dalam urusan ibadah sekalipun.

Dalam hal hiburan ini Rasulullah memberikan batasan dalam sabdanya; “Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi). “Berilah humor dalam perkataan dengan ukuran seperti Anda memberi garam dalam makanan.” (Ali ra.). “Sederhanalah engkau dalam bergurau, karena berlebihan dalam bergurau itu dapat menghilangkan harga diri dan menyebabkan orang-orang bodoh berani kepadamu, tetapi meninggalkan bergurau akan menjadikan kakunya persahabatan dan sepinya pergaulan.” (Sa’id bin Ash).

Oleh Dr. Setiawan Budi Utomo.

Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah

Senin, 13 Februari 2012

Bentuk-bentuk Jatuh di Jalan Dakwah

Menjadi lambat, kurang kontribusi, kurang produktif
Menjadi pasif dan tidak berbuat apa-apa
Menarik diri dari lingkaran dakwah
Menjadi benci terhadap dakwah

Berbalik memusuhi dan memerangi dakwah


Itulah beberapa indikasi jatuhnya seseorang di jalan dakwah, mulai dari indikasi yang ringan sampai pada yang paling berat.

Fenomena berjatuhan di jalan dakwah adalah fenomena yang hampir selalu ada. Siapakah yang dirugikan dari fenomena ini? Dakwah? Sampai batas-batas tertentu, bisa jadi. Akan tetapi, yang sebetulnya dirugikan adalah sang aktivis dakwah yang terjatuh tersebut.

Dakwah itu ibarat gerbong kereta yang mengangkut para aktivisnya sebagai penumpang. Jika ada seseorang yang tertinggal dari gerbong, akan ada saja orang lain yang menggantikan kursi tempat duduknya. Tertinggalnya orang tersebut hampir tidak berpengaruh pada dakwah. Sebaliknya, yang tertinggal itulah yang menjadi rugi. Relakah kita menjadi orang yang tertinggal itu?


Orang-orang yang jatuh di jalan dakwah bisa juga diibaratkan seperti daun-daun yang berguguran dari sebuah pohon yang rindang dan lebat daunnya. Itulah 'pohon dakwah'. Dedaunan yang jatuh berguguran itu sama sekali tidak merugikan pohon besar tersebut. Justru, dedaunan yang gugur itulah yang menjadi binasa karena ia akan menjadi kering dan hancur karena tidak lagi bisa mendapatkan suplai makanan dari pohon. Relakah kita menjadi daun yang gugur itu?


Selanjutnya, apa sajakah yang bisa menyebabkan seorang aktivis dakwah terjatuh di jalan dakwah? Secara umum, ada 2 sebab: faktor internal dan faktor eksternal.


Karena Faktor Internal


1. Karena semangat menurun


Antisipasi :
Senantiasa menjaga kekuatan ruhiyah
Membentengi diri dengan ilmu yang kokoh


2. Karena merasa jenuh


Antisipasi :
Tidak berlebihan dan ekstrim, menanggung beban yang terlalu berat
Melakukan refreshing dan hal-hal yang menghibur diri



3. Karena tidak puas

Antisipasi :
Senantiasa ikhlas hanya karena Allah dan tidak menggantungkan harapan dan orientasi kepada selain-Nya




4. Karena tidak bisa memahami dakwah


Antisipasi :
Terlibat dan terjun langsung dalam dakwah sehingga memahami realitas
Senantiasa mengikuti perkembangan dan dinamika terkini
Senantiasa meningkatkan dan memperluas ilmu dan pemahaman


Karena Faktor Eksternal

1. Karena terbawa oleh lingkungan pergaulan
Antisipasi :
Cari lingkungan pergaulan dan teman-teman dekat yang baik
Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)


2. Karena tekanan dan pengaruh keluarga
Antisipasi :
Membangun komunikasi dan hubungan yang baik dengan keluarga
Berusaha untuk berdakwah dalam keluarga dengan cara yang sebaik-baiknya
Memiliki ”keluarga kedua”


3. Karena terbuai oleh kenikmatan dunia
Antisipasi :
Perkuat ketahanan diri (ruhiyah dan ilmu)
Memiliki tameng diluar diri kita (orang-orang yang bisa menjaga diri kita, bentuk-bentuk kenikmatan tandingan yang syar’i)


4. Karena tidak kuat menghadapi tekanan kehidupan
Antisipasi :
Memantapkan pilar-pilar kehidupan
Perkuat ketahanan diri
Perhatian dan bantuan dari saudara-saudaranya


5. Karena tidak kuat menghadapi intimidasi
Antisipasi :
Perkuat ketahanan diri
Mempersenjatai diri
Pembelaan dan dukungan dari saudara-saudaranya


6. Karena perselisihan atau konflik dengan saudaranya
Antisipasi :
Senantiasa menjaga adab-adab dan akhlaq-akhlaq mu’amalah dengan saudara-saudaranya
Memiliki hati yang lapang
Adanya peredam bibit-bibit perselisihan dan konflik

Membentuk Al Usrah Al Haroki

Sabtu, 11 Februari 2012

Keluarga haroki (al usrah al haraki) adalah keluarga yang seluruh anggota di dalamnya memiliki komitmen pada dakwah (Islam dalam wujud yang aktif dan dinamis).


Sekali lagi, mereka tak harus selalu atau bahkan (mungkin) jarang yang bergelar “Singa Panggung” atau “Singa Podium”.


Bisa jadi dia justru tidak terkenal, namun aktivitas yang dijalaninya penuh dengan motivasi dan semangat dakwah masuk keluar rumah yang ditemuinya.


Karena medan dakwah yang hakiki bukanlah di mimbar atau di masjid namun pada seluruh lapangan kehidupan. Setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan agar keluarga kita dapat mendekati idealita keluarga haraki.


Pertama, jadikan rumah kita sebagai masjid. Artinya dari sanalah aktivitas ibadah dijalankan dengan sebaik-baiknya. Disana tidak akan terdengar musik-musik lalai yang didendangkan atau acara-acara televisi yang penuh dengan gairah maksiat. Sang ayah adalah Imam yang memimpin keluarganya untuk selalu taat pada Allah.


Kedua, menjadikan rumah sebagai sekolah. Dimana aktivitas menuntut ilmu selalu dikerjakan. Tiap saat adalah waktu untuk belajar. Saat bersenda gurau, ketika malam tiba atau tatkala subuh menjelang. Semuanya adalah saat-saat belajar.


Ketiga, menjadikan rumah sebagai benteng tempat pengkaderan dan pertahanan utama. Disanalah sang anak dikenalkan pada misi dan tujuan hidup. Semua anggota menggembleng diri menjadi prajurit yang siap tempur. Mereka mempersiapkan diri memiliki seluruh sarana untuk menjadi mujahid sejati.


Keempat, menjadikan rumah sebagai rumah sakit. Yakni sebagai tempat orang datang untuk mencari kesembuhan. Rumah keluarga haraki selalu disibukkan oleh orang-orang yang mencari obat kebahagiaan akhirat. Ia akan selalu menjadi rujukan masyarakat karena kemanjuran nasehat dan solusi yang dianjurkan atau dikerjakan.


Kelima, menjadikan rumah sebagai pelabuhan ruhani. Tempat seluruh anggota keluarga mendapatkan kedamaian setelah beraktivitas seharian. Disanalah berdiri sendi-sendi ukhuwah, simpati, rasa social serta ruh keimanan bersemayam.


Dan terakhir, keluarga haraki selalu berpatokan dan mencoba berjalan pada titian nilai yang telah diwariskan padanya oleh penutup para Nabi, yaitu jalan perjuangan, jalan dakwah yang menyejukkan. Wallallahua'lam.





Tarwiyah
(PKS Pesanggrahan)

Entri Populer

Kolom

Pemilu dan Pilkada

 

© Copyright PKS Bersama Melayani Rakyat 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.