News Update :
BERITA TERBARU

Tanggapan tulisan “antara Bali dan Gaza”

Rabu, 13 Februari 2008

Tanggapan tulisan “antara Bali dan Gaza” oleh Rizki Ridyasmara http://www.eramuslim.com/

*Oleh Syukri Wahid*


Dua hari menjelang keberangkatan saya ke Bali mewakili Balikpapan dalam acara mukernas PKS, sahabat saya menyampaiakan sms dan tulisan mengenai tanggapan tentang acara tersebut, baik yang ditulis oleh media maupun bebas perorangan, isinya beragam bisa positif dan negatif, tapi hari itu saya membaca tulisan yang dibuat oleh akhuna Rizki dalam eramuslim.com yang membuat saya terdorong untuk menulis sedikit mengenai hal ini, tulisan ini bukanlah untuk mencari pembelaan saya dan semua ikhwah yang diundang ke “Bali”, namun semangat untuk saling menasihatilah yang membuat saya harus menulisnya.


Setidaknya ada beberapa poin yang menjadi sudut pandang tersendiri oleh akh Rizki dalam tulisannya itu, namun yang menjadi titik sentral adalah mengkomparasikan apa yang kita” buat” di Bali dengan nasib saudara kita di Palestina sana dan itulah yang menjadi judul tulisan beliau “antara Bali dan Gaza”, namun ijinkan saya menyampaikan sebuah sudut pandang yang boleh jadi benar, boleh jadi salah, tapi ini bukan bicara benar dan salah, namun ini mengenai cara kita memandang sebuah kebijakan.

* a. Kita dan kehidupan berjama’ah*

dalam kehidupan kita berjama’ah kita pasti akan mengalami dinamika berjama’ah itu sendiri, kita adalah bagian dari jama’ah tersebut, sehingga kita juga adalah bagian dari dinamika tersebut. Memang dalam kehidupan kita berjama’ah ada satu karakter yang harus kita siapkan adalah menyiapkan ruang yang besar dalam jiwa dan pikiran kita, sebuah ruang yang saya sebut dengan “ruang kebersamaan” namun mungkin bahasa yang tepat adalah ruang ego kita jangan terlalu besar dari ruang tersebut. Hal ini menjadi penting sebagai tabungan kita jika ada persoalan atau kebijakan yang tidak sesuai dengan kemauan kita.
Umar bin Khattab dalam buku *tarikh khulafa* yang ditulis oleh imam as suyuthi, mengatakan ketika Nabi memutuskan untuk menerima perundingan dan menyepakati isi yang ditawarkan pihak Quraisy Makkah ketika terjadinya perjanjian Hudaibiyah tahun 6H, sampai-sampai beliau mengatakan kepada Nabi, *"bukankah engkau adalah Rasul Allah"*? Ini adalah pertanyaan bisa lahir dari “goyangnya ketsiqohan” terhadap qiyadah.
Bali adalah bagian dari strategi bukan bagian dari tujuan, tujuan kita berjama’ah sudah sangat jelas. Menerima keputusan mengapa harus diBali memang pasti banyak tanggapan, tetapi tidak sebanyak tanggapan semua sahabat kepada Nabi dalam peristiwa Hudaibiyah, sampai instruksi Nabi kepada sahabat untuk melakukan *tahallul *dan menyembelih hewan tidak direspon saat itu, sampai Nabi harus mencukur dan menyembelih hewan kurbannya sendiri.

*b. Tanah benda netral*

* *Tanah itu benda netral, yang bisa menyebabkan dia bisa menjadi hamparan baik dan buruk adalah orang yang hidup diatasnya. Ulama sirah kita berkata, bahwa Nabi dan rasul itu pasti akan dirinkan kepada kaum atau tempat yang paling bobrok akhlaknya. Nabi Muhammad SAW diturnkan kepada masyarakat jahiliyah Quraisy, sehingga dalam hadits yang diriwayatkan imam Malik, Nabi bersabda,*” innama buitstu liutammima makaarimal akhlaaq"* , sesungguhnya aku diutus kepada manusia untuk menyempurnakan akhlaq.
Sangking rusaknya akhlaq mereka, tidak segan-segan ketika *tawaf*mengelilingi ka’bah pun mereka “telanjang” dan ada yang sampai betul-betul “polos” tanpa busana, mereka tidak sedang berjemur disana, namun didepan tempat yang paling suci “baitullah” mereka telanjang, dalam *siroh* yang ditulis oleh DR.Mahdi Rizkullah Ahmad, ketika ditanya mengapa telanjang, mereka menjawab, ketika kami dilahirkan dalam keadaan suci oleh ibu kami dalam keadaan tidak berbusana, maka sekarang kami tawaf tanpa busana agar dosa-dosa kami diampuni oleh Allah SWT”.
Bayangkanlah suatu saat di pulai dewata itu, diatasnya tumbuh dan berkembang “manusia-manusia” baru yang akan mempositifkan Bali yang sudah terlanjur menjadi daerah wisata mancanegara, bagaimana jika da’wah memenangkan kekuasaan di Indonesia, Bali mau kita apakan? Atau mungkin kita lepaskan saja Bali dari Indonesia karena dia adalah kota maksiat, tapi apakah Nabi melepaskan makkah, karena alasan masyarakatnya rusak?
Ketika syariat Haji turun, maka Nabi mengirim rombongan Haji perdana sebanyak 300 orang yang dipimpin oleh Abu Bakar ra, rombongan ini akan bergabung dengan rombongan Haji dari kaum musyrik yang juga masih melestarikan ibadah Haji sepeninggalan Nabi Ibrahim as, bisa antum bayangkan satu musim haji namun ada dua model Haji didalamnya, Haji versi Islam dan Haji versi jahiliyyah, yang sekalilagi ada tawaf yang dengan telanjang pada saat itu, namun turunlah surat at taubah ayat 1 s/d 6 yang kemudian Nabi SAW meminta Ali bin abu thalib menyusul rombongn Haji yang telah berangkat. Ketika wukuf dipadang arafah maka Ali berpidato menyampaikan keputusan Nabi, diantara poin keputusan adalah untuk melarang lagi kaum musyrikin Naik Haji tahun berikutnya dan tawaf dalam keadaan telanjang, berarti setelah penaklukan kota Makkah tahun 8 H, Nabi tidak langsung mengeluarkan ultimatum tersebut, kejadian ini terjadi setelah perang tabuk tahun 9 H, sudah 2 kali musim Haji setelah penaklukkan Makkah, disitu ada pelajaran “waktu untuk menyiapkan melakukan ultimatum” da’wah, kita butuh kekuatan itu , dan yang penting lagi kita harus menyiapkan mereka menerima ultimatum kita, apakah setelah pidato keputusan Ali tiba-tiba rombongan haji Jahiliyah melakukan kegaduhan? Melakukan perlawanan? Tidak, mereka menerima sepenuhnya. bisa dilihat di semua buku sirah.

*c. Kekuatan untuk palestina *

* *Dari Bali para qiyadah kita akan menyusun strategi meraih kemenangan da’wah, menyusun rencana strategis agar da’wah bisa dikawinkan dengan Negara, menyusun langkah-langkah nyata mentiapkan rijaal da’wah untuk menempatkan mereka pada tempat-tempat penting, agar “tanah” dimana dia berpijak menjadi positif. Kita ingin memasukim *mihwar daulah,* karena dengan bernegara banyak hal yang kita bisa lakukan.
Dari Bali kita mencita-citakan kemenangan, yang dengan kemenangan itu kita mendapat kekuasaan, yang dengan kekuasaan itu kita bisa melakukan lebih banyak lagi untuk saudara-saudara kita di Palestina dan bumi Islam lainnya. Kita perlu legitimasi Negara untuk memuluskan agenda-agenda da’wah dikancah Nasional apalagi Internasional.
Sampai hari ini, tanpa bermaksud ujub, kita masih terdepan dalam aksi solidaritas Palestina, Qiyadah kita selalu mengatakan 3 D untuk Palestina, Doa,dana dan demonstrasi. Namun jika kita memiliki kekuatan dan kekuasaan Negara, lebih banyak lagi yang bisa kita lakukan, bayangkanglah kapan kita bisa memberikan advokasi politik di pergaulan Intersional, kapan kita bisa mengirimkan pasukan misi garuda kita untuk Palestina, kapan kita bisa mengeluarkan infak APBN untuk negara Palestina, semua itu dari kekuatan dan Negara dan untuk itulah kita bermukernas, tetap hati kita kesana akhi. Dari Bali kita menyusun kekuatan untuk saudar kita di Palestina.

*e. Ikhlaskan niat*

* *Saya sedikit terusik dengan tulisan media mengenai rihlah atau piknik, mungkin ini efek keterbukaan, tapi saya Cuma mengingatkan diri dan antum semua bahwa kafilah jihad ini sudah panjang, ada niat piknik dan ada niat da’wah, sebagaimana sabda Beliau dalam hadits ar ba’iin imam ana nawawi, *"sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya, barangsiapa yang hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan Rasul-Nya, namun barangsiapa yang hijrahnya untuk dunia dan atau wanita yang ingin dinikahinya, maka dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan tersebut”.*
* *Mari jaga keikhlasan kita semua, baik yang berangkat kesana maupun yang tidak berangkat, ikhlas dalam segala hal adalah senjata yang paling kita butujkan disini, karena seburuk-buruk akhlaq “di Bali” tidaklah lebih buruk dari masyarakat jahiliyah dahulu, dan sebaik- baik kita sekarang, tidaklah lebih baik dari Rasulillah SAW.

Share this Article on :
0 Comments
Tweets
Comments

0 komentar:


Entri Populer

 

© Copyright PKS Bersama Melayani Rakyat 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.