News Update :
BERITA TERBARU

Berjuanglah Dengan Ikhlas Serta Dengan Jiwa Dan Mental Baja

Senin, 02 April 2012

Oleh : Ustadz Nabiel Al Musawwa

“Mereka merasa berjasa dengan keislaman mereka, katakanlah: Janganlah kalian merasa berjasa dengan keislaman kalian, karena Allah-lah yang telah berjasa kepada kalian karena telah menunjukkan kalian kepada jalan-jalan keimanan jika kalian adalah orang-orang yang benar.”
(QS Al-Hujurat, 49:17)


PKS sebagai Partai Kader memang tidak sama dengan partai-partai lainnya, orang yang bisa dipromosikan menjadi pengurus pada strata-strata tertentu haruslah telah melewati masa-masa pengkaderan selama masa bertahun-tahun dan telah mencapai kriteria kelulusan pada setiap level tersebut denga sangat rinci dan belum mampu ditandingi oleh sistem organisasi manapun termasuk organisasi intelijen (demikianlah yang diakui sendiri oleh BIN).


Oleh karena itu para pengamat dari luar ataupun para “aktifis karbitan” yang bisanya berteriak-teriak dari luar dan “merasa paling berjasa” kepada partai ini tentunya tidak mampu membayangkan bagaimana sulitnya masa-masa pengkaderan yang telah dibangun oleh para pendiri harokah dakwah ini selama masa lebih dari 20 tahun dari rumah ke rumah dan dari satu tempat kost ke tempat kost lain.

Para “aktifis karbitan” yang merasa telah “ikut berjuang” untuk partai itu juga tidak pernah tahu berapa kader-kader generasi pertama yang sampai drop-out dari kuliahnya karena tugas-tugas dakwah, berapa kader-kader yang terpaksa berjalan puluhan kilometer atau harus keluar masuk hutan di pulau-pulau di Nusantara ini demi membuka lahan dakwah baru, berapa kader yang setiap malam terkulai kepala-kepala mereka di meja kerjanya karena lelah membahas dan memikirkan maslahat untuk ummatnya, dan berapa pula kader yang telah menghabiskan semua miliknya yang paling berharga demi membangun fondasi harokah ini.


Para kader generasi awal tersebut bukanlah orang yang hidup berkecukupan, namun tidak pernah kemudian mereka mempertanyakan kenapa harus berjuang habis-habisan seperti itu? Atau apa yang akan didapat dari perjuangan ini nantinya? Atau kami sudah berjuang sehingga partai ini besar maka sekarang giliran partai dong yang memperhatikan dan membesarkan kami? Atau meragukan para qiyadahnya, jangan-jangan mereka telah keluar dari khittah dakwah ini setelah berkuasa?


Suka dan duka yang telah bersama-sama ditempuh dalam perjuangan dakwah; airmata yang telah ditumpahkan pada sujud-sujud yang khusyu’ di akhir-akhir malam mendoakan kemenangan ummat ini dengan tulus; uang, harta-benda, fikiran dan perasaan dan entah sudah tidak terhitung lagi apa yang dimiliki yang telah dengan segala ketulusan diberikan bahkan jiwapun jika diminta pastilah akan diberikan demi tegaknya ummat ini; semua catatan perjalanan, kesan dan waktu yang telah dilewati bersama itu tentunya tidak akan pernah bisa difahami oleh kader-kader yang belum memahami apa arti sebuah perjuangan dakwah di dalam Islam dan apa arti sebuah keikhlasan sehingga mampu mengangkat sebuah peradaban dari ummat yang sudah seperti buih yang terbawa banjir.

“Dan diantara orang-orang beriman itu ada rijal yang menepati janjinya kepada Allah, diantara mereka ada yang telah wafat dan diantara mereka ada pula yang menunggu-nunggu (saat perjumpaan dengan Rabb-Nya), namun mereka sedikitpun tidak pernah mengubah janjinya.” (QS Al-Ahzab, 33:23)

Lalu permasalahannya apakah ke-tsiqahan kita kepada qiyadah dakwah ini berarti kita tidak boleh bertanya atau memberikan kritik? Apakah ketaatan kepada para leader partai ini membuat kita menjadikan kita hanya bisa manut tanpa reserve? Tentunya akal yang sehat akan menjawabnya tidak demikian. Bagaimana mungkin sebuah gerakan dakwah yang telah mampu membangun sebuah sistem yang demikian sempurna, sehingga outputnyapun telah terlihat dengan jelas kemana-mana sebagai generasi muda Islam yang unik, intelektual, militan namun santun dan moderat dan telah pula menjadi perhatian secara nasional dan internasional akan berlaku demikian?!

Permasalahannya adalah ketidakfahaman dikalangan sebagian besar kader di tingkat grassroot tentang berapa besar tantangan untuk sebuah perjuangan di pentas politik? Seberapa besar kekuatan-kekuatan yang bermain dan mampu “memutih” atau “menghitamkan” seseorang atau sekelompok orang? Seberapa jauh poros-poros yang berbeda bisa menjadi bersatu ketika melihat sebuah musuh bersama (Islam)? Seberapa besar dana yang dialirkan baik skala nasional maupun skala global untuk memporakporandakan soliditas kader serta melumatkan sama sekali kekuatan-kekuatan yang dapat “mengganggu” kepentingan bersama mereka yang telah terbangun selama puluhan tahun?


Materi-materi tentang Ghazwul Fikri, Ma’na Jahiliyah, Qadhiyyatul Ummah, Marahilu Dakwah, dan lain-lain sebenarnya sudah dipersiapkan oleh harakah untuk menjelaskan fenomena ini dikalangan kader dakwah sehingga jika masanya hal itu tiba diharapkan kader dapat memiliki manna’ah (imunitas) untuk menangkal hebatnya makar yang akan terjadi pada gerakan dakwah ini, namun memang tataran konsep akan sangat jauh berbeda dengan jika hal tersebut sudah ada di depan mata, apalagi jika hal tersebut menimpa pada generasi kader yang tidak sempat berinteraksi secara mendalam dengan tarbiyyah.

“Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang amat besar, dan disisi Allah-lah balasan makar mereka itu, dan sesungguhnya makar mereka itu dapat melenyapkan gunung-gunung karena amat besarnya.” (QS Ibrahim, 14:46)

Hendaknya seorang kader yang ingin mengetahui bagaimana konspirasi hebat yang ingin melumatkan dakwah ini menemui dan bertanya pada anggota legislatif PKS di tingkat terendah (kabupaten/kota/kotamadya), cobalah minta waktu kunjungan pada mereka, kumpulkan masyarakat lalu minta agar dikunjungi oleh aleg PKS di wilayahnya tersebut karena hal itu adalah hak masyarakat terhadap aleg di daerahnya, tanyakan apa yang sudah diperbuat oleh kader tersebut dan bagaimana konspirasi yang menimpa mereka di DPRD tersebut. Lalu bayangkan oleh antum, kalau di tingkat itu saja demikian hebat rekayasa para aleg lain dan kekuatan PEMDA dansebagainya bermain dalam ber-KKN, lalu husnuzhan-lah di tingkat DPR-RI tentunya akan lebih dahsyat dan lebih kejam lagi kekuatan yang bermain.

Dan hendaklah para kader memahami bahwa dalam dunia politik informasi itu berubah dalam hitungan jam bahkan menit, sehingga jangankan antum yang di bawah, para qiyadah yang paling ataspun seringkali ketinggalan informasi, bukan karena tidak dibuat mekanismenya namun bagaimana sempat bekerja kalau setiap jam atau menit harus membuat laporan ke para kader di bawah. Demikian pula perkembangan informasi itupun seringkali bertolak-belakang, info yang masuk dan diputuskan pada pagi hari maka di siang hari partai harus membuat kebijakan yang sebaliknya, sorenya mungkin berubah lagi. Belum lagi tidak semua info bisa disampaikan secara tertulis karena akan memiliki delik-yuridis walaupun peristiwa tersebut kelihatan di depan mata kepala sendiri.

Lalu kenapa tidak diekspos di media? Inipun perlu pembahasan tersendiri, tidak semua media mau memuat dari PKS, cobalah antum ke Aceh lalu antum saksikan sendiri ribuan kader kita yang berjuang disana, apakah ada media yang meliput? Tidak, karena itu hanya akan membesarkan PKS 2009 nanti. Tentang BBM?! Yang pertama kali menyuarakan sikap adalah PKS (coba antum lihat tulisan mas Untung/Ketua Fraksi PKS di majalah SAKSI beberapa terbitan yang lalu), lalu kemudian menjadi suara Komisi-VIII DPR. Kasus mas Irwan juga sebenarnya sudah basi, DPW PKS Sumbar sudah lama membuat klarifikasi namun ketika mas Irwan dicalonkan sebagai Cagub, baru ICW mengeksposnya. Tahukah antum bahwa dalam PILKADA saat ini di puluhan daerah (Tk I dan Tk II) kita sudah mampu mengusung para kader-kader kita untuk bertarung dengan partai GOLKAR dengan peluang kemenangan yang signifikan?

Mari kita semua ber-istighfar atas kelalaian kita selama ini (terutama para kader yang memposisikan diri sebagai the-outsider, banyak omong tanpa hasil) sementara para kader lainnya disibukkan untuk terus membangun jaringan demi memenangkan dakwah ini. Sampaikanlah kritik dan pertanyaan dengan santun dan penuh hormat kepada para qiyadah yang telah berjuang tanpa lelah demi kemenangan ummat ini. Dan di atas semua itu jika syaithan masih membisiki antum juga, cobalah antum bersikap fair, bandingkan dengan partai atau organisasi lainnya baik segi kualitas atau kuantitas, mana sih yang lebih bermasalah? Kita tidak pernah merasa para qiyadah atau ikhwah kita itu suci, ada juga kader yang karena tergoda syaithan menjadi tergelincir, namun sudah ada mekanisme partai melalui Dewan Syariah yang dengan sistemnya yang jelas dan tegas mengatasi hal tersebut. Lalu apakah adil jika karena satu dua hal yang nampak belum sempurna kita menggugat dan mencaci-maki seluruh partai kita sendiri?

“Wahai Rabb Kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman.” (QS Al-Hasyr, 59:10)
Share this Article on :
0 Comments
Tweets
Comments

0 komentar:


Entri Populer

 

© Copyright PKS Bersama Melayani Rakyat 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.